Thursday 7 July 2011

Medical Faculty’s Student, in Phases

Semester 2 telah berakhir, i-waw. Alhamdulillah, semester yang berada dalam tahap ‘realizing’ ini bisa kulalui dengan baik… Wait, apa pula tahap realizing?

Jadi begini, menurut saya pribadi, ada beberapa tahap yang bisa kamu jalani apabila kamu adalah seorang mahasiswa kedokteran. Hal ini berdasarkan riset observasional saya terhadap orang-orang. Ya mungkin tidak semua seperti itu, tapi mungkin kurang lebih seperti ini. Okay, akan saya jelaskan satu persatu.

Pertama, tahap ‘innocent’, ini artinya saat itu masih satu dua bulan setelah pengumuman diterimanya kamu di fakultas kedokteran. Pada tahap itu kamu saangat senang bisa melewati kejamnya ujian masuk PTN dan merasa telah menang semenang-menangnya. Bayangkan, bisa mengalahkan ratusan orang lain yang ingin masuk sana. Belajar mati-matian serasa terbalaskan oleh tercantumnya namamu di daftar mahasiswa baru. Rasanya seperti besok kamu bisa langsung jadi dokter.  Keluarga, dan teman-teman mengelu-elukanmu. Ya, kamu bersuka cita, padahal kamu tidak tahu bahwa sebenarnya kamu telah masuk ke dalam the real super trap!

Tahap kedua adalah ‘Gaya-gaya’, itu artinya kamu sudah masuk di semester awal di kedokteran. Kamu selalu excited pada segala hal baru termasuk jas lab baru, stetoskop baru (walau itu belum kamu gunakan pada semester 1), pun ujian. Rasanya bangga sekali mengenakan hal-hal berbau dokter. Setiap adik kelas menatapmu iri sambil bertanya “susah nggak kak pelajaran di kedokteran?” dan pelajaran di awal pun membuatmu berpikir, “ah ternyata di kedokteran itu tak sesusah itu”. Masuk pagi pulang siang, bagai anak TK. Hidupmu penuh gaya. 

Gaya-gaya belum usai masuklah semester 2, semester ‘realizing’. Disini kamu kaget, “Loh kok?”. Ritme hidup berubah. Pada beberapa kasus membuatmu agak sering nangis sendirian di kamar merenungi nasibmu, sambil bertanya-tanya pada diri sendiri, “apa aku salah milih jurusan ya?”. Ya, kamu kaget karena setelah berleha-leha dengan ppkn dan isbd, kamu harus berhadapan dengan betapa menyenangkannya anatomi histologi. Dalam sehari dosen akan menjelaskan apa yang ada di sepertiga diktatmu (kira-kira 20-30 lembar), dan kamu dituntut untuk dapat memahaminya saat itu juga, karena bila kamu menunggu besok, maka pelajaran telah berganti bab baru. Saat itu kamu sadar, kamu berada di kereta express yang tidak dapat berhenti di tengah jalan, kamu tidak dapat menghentikan waktu untuk bersantai atau lebih lama memahami materi. Mau tidak mau kamu harus menyelesaikan tubuh manusia dalam waktu 4 bulan. Kalau kamu menumpuk semuanya, maka celakalah, karena begitu paket 1 selesai, kuliahmu langsung berganti ke paket 2, padahal ujian paket 1 masih 2 minggu lagi. membuatmu berada dalam dilema, apa harus ngebut menyelesaikan paket 1 untuk ujian, tetapi harus merelakan paket 2 terbengkalai, atau sebaliknya. 

Dalam kuliah yang kamu pelajari sungguh subhanallah, kebesaran Allah luar biasa. Dan luar biasa pula untuk di pahami. Kamu harus menghafalkan nama-nama organ tubuh beserta cekungan, tonjolan, lubang, dan lapisan dengan bahasa latin, tampak seperti merapal mantra bukan? Simak saja, musculus extensor digitorum longus, lobulus quadrangularis anterior et inferior, sulcus arteriosi et venosi menigica media, dan masih banyak lagi. atau ovula naboth, kelj mammae resting, palatum durum, oesophageal gland proper, dan bla bla.

Setelah kuliah pun kamu harus mengikuti praktikum, dengan bau formaldehid yang menyengat dan memeras kelenjar air mata, atau dengan memicingkan mata mengintip mikroskop puluhan kali. Pantaslah, bila semester ini disebut tahap realizing, karena disini kamu baru sadar, bahwa menjadi dokter perlu kesungguhan dan kerja keras. Disini kamu sadar, bahwa selama ini kamu hanya melihat sisi enaknya saja, kamu melihat orang yang telah menjadi dokter bisa mengobati orang sakit, kamu tidak sadar semua berawal dari pelajaran-pelajaran yang menguras emosi. Kamu melihat dokter dihormati banyak orang, dan semua berawal dari jatuh bangun begadang stress nangis marah ketawa ketawa di fakultas kedokteran. Jika niatmu tidak lurus untuk membantu sesama, akan sangat berat bagimu menjalaninya, karena yang selama ini kamu sangka tidak semudah yang kamu bayangkan. Sebaliknya jika niatmu telah benar, kamu akan menjalaninya dengan ikhlas. Di situ kamu juga akan sadar bahwa esensinya bukan dari nilai yang kamu dapat, tapi dari seberapa besar kemauan kamu untuk terus belajar.

Okaay, tahap selanjutnya, hmmm. aku masih belum menjalaninya, jadi masih belum bisa ditetapkan, Insya Allah akan ada update mengenai ini, hehehe.

Dengan ini saya sekalian mohon doanya ya, semoga saya tetap berada di jalan kebenaran, bisa menjalani peran saya dengan sebaik-baiknya dan diberi kemudahan dan ridho dari Allah. Saya masih belajar dan tak luput dari khilaf, semoga berada terus dalam bimbingan Nya. amiin.

No comments:

Post a Comment