Friday 29 June 2012

Move On

Honesty. Berada pada setiap lembar buku pendidikan kewarganegaraan. Dicontohkan dengan benar oleh Budi, dan diberi pula contoh figur yang salah yaitu Badu. Sangat jelas. Dijawab dengan benar di setiap soal pilihan ganda yang diberikan. Ditulis dengan indah dalam uraian soal mencongak. Di presentasikan dengan lihai pada paparan makalah filsafat. Disuarakan dengan lantang dengan megaphone di tangan. Dikritik dengan pedas melalui social media.
Sampai saatnya praktik kehidupan yang sesungguhnya, lupa.

Justice. Kata keramat dipuja puja orang. Sebenarnya, eksistensinya oleh makhluk di dunia ini dijadikan nihil. Hakikatnya hanya disebut-sebut saja, tidak dipahami. Tidak didalami.

Ketahuilah. Manusia asing di dunia. Selamanya asing. Disini manusia bisa tertipu oleh apapun yang memiripkan diri dengan keabadian. Aksiologi kehidupan, menjadi tanda tanya besar dalam diri insan-insan yang terjebak dalam lika-liku ego dan emosi. Seakan-akan penyadaran akan fungsi moral dan pergeseran nilai hanya isu semata, tidak untuk introspeksi, apalagi merubah realita ini. Mencari-cari pembenaran, ya itu juga yang kelak akan dilakukan. Sayangnya disana nanti tidak akan ada yang bisa membantah keadilan. Penyesalan lah yang akan terbit.

Karena kesempatan hanya datang satu kali, maka penyesalan adalah rasa sakit yang paling pedih.

Kesabaran dan rasa syukur. Ya, mungkin itu kuncinya. Bisa hidup dalam keyakinan yang benar adalah anugerah yang tak akan terganti dengan apapun. Pasti ada misteri. Pasti ada hikmah. Pasti ada sesuatu pesan. Pasti ada kode rahasia. Dari Allah, buat kita semua.


sudah waktunya move on, ayo semangat.

Wednesday 13 June 2012

Brain to Brain

Sadar
Di atas langit masih ada langit.
Merasa diri ini paling merana, tidak sadar di luar sana banyak yang lebih merana.

Reaksi. Putar balik fakta, tidak mau disalahkan.
Yaa itu suatu mekanisme pembelaan ego.
Wajar wajar saja

Tapi sekali lagi sadar
Ini nggak ada apa-apanya
Bagi orang terpilih
Ini nggak ada apa-apanya

Nggak pengen jadi orang terpilih kok

Lagi-lagi mengelak
Kalau selalu pesimis menghadapi dunia, kenapa sekarang masih bersantai? Perbanyak bekal buat ke akhirat!

Ugh. Dzzubs.