Tuesday 12 July 2011

The Answer of a Whisper

Hello…

Kenalkan, dia Si Gendut. Si gendut ini adalah Toyota Vios berwarna hitam yang sangat gendut. Dia sudah seperti saudara sendiri, menjadi salah satu bagian dari keluarga kami.

Aku sedikit merasa berdosa kepadanya, aku sering mengakibatkan ia teraniaya. Karena awal-awal aku belajar nyetir, dia sering menjadi korban. Mulai dari nyenggol mobil lain, nyenggol pohon, hiks, sakit hatiku mengingatnya. Yang terakhir ngenggol semacam trotoar, dan sampe sekarang luka yang terakhir nggak di perbaiki, biarlah dia tetap begitu.

Si gendut sering ikut aku kemana-mana. Di jalan, aku tak jarang curhat-curhat sama dia *sst rahasia ya. Tapi tentu saja, sesampainya di tempat yang teduh, aku meninggalkannya, untuk beristirahat. Kalo ninggalin dia, otomatis aku harus memberikan perlindungan keamanan agar nggak ada yang bisa nyulik dia, dengan cara menguncinya dengan remote. Tapi akhir-akhir ini si remote agak ngambek. Mungkin dia udah terlalu tua untuk menjaga Si gendut, dia suka nggak nyala kalo dipencet. Walaupun si remote nggak nyala bukan berarti aku harus serta merta meninggalkan si gendut dalam keadaan tidak aman, mau nggak mau aku harus menguncinya dengan cara klasik, menggunakan kunci.

Suatu hari, tepatnya kemarin, aku pergi ke sebuah masjid untuk mengaji. Aku tinggal si gendut di depan masjid, di bawah pohon rindang. Lalu aku mengaji sampai adzan magrib terdengar. Aku melihat ponsel dan ada SMS dari mama, katanya disuruh pulang sebelum magrib. Yah, padahal ini udah adzan. Aku dilema. Sholat magrib dulu, apa pulang dulu ya. Teman mengajiku bilang, “macet gak lo? kalo macet sholat dulu aja”, aku bimbang, biasanya sih 30 menit sampe kantor mama. Tapi nggak tahu deh kalo macet. Tapi kalo mama marah gimana. Tapi ini kan udah adzan, kalo terjadi sesuatu di jalan gimana? *naudzubillah, trauma masih membekas.

Akhirnya aku memutuskan “ Ya udah sholat dulu aja” tapi karena adzannya keras, temenku itu salah mendengar, dia kira aku bilang “ Ya udah berangkat aja” akhirnya dia mengajakku pulang.

Di perjalanan menuju si gendut aku bertanya-tanya, sebenernya bener ga sih keputusanku ini? Seharusnya mana yang lebih di dahulukan? Sholat atau menuruti perintah orang tua? Bukannya ridho Allah ridho orang tua?

Tepat saat adzan meneriakkan “Hayya Alas Sholaaah” aku mencoba memencet remote untuk membuka perlindungan keamanan si Gendut, tapi dia nggak mau bunyi. Ngambeknya muncul lagi. BIasanya dia nggak pernah ngambek untuk buka kunci, tapi entah kenapa sekarang gitu. Akhirnya terpaksa aku buka pake kuncinya, pas aku buka pintu tiba-tiba alarm meraung-raung. oh No! Untung lagi adzan, jadi orang-orang nggak heboh. Aku cepat-cepat masuk dan mencoba menyalakan mesin. Begitu kunci dimasukkan, alarm bunyi lagi. Lampu security kedip-kedip dan mesin nggak bisa dinyalain. astaghfirullah… aku langsung keluar dan bertekad untuk sholat dulu, dan bismillah… remote kupencet untuk mengunci si gendut. berhasil! aku langsung cepat-cepat sholat. astaghfirullah ampuni aku Ya Allah

Setelah sholat, aku langsung sadar, Allah langsung menjawab semua kebimbangan. Semuanya kontan saat itu juga. Subhanallah, dan semuanya Allah berikan dengan cara yang nggak disangka-sangka, yaitu lewat remote dan si gendut.

Aku kembali ke si Gendut. Berdoa semoga aku bisa pulang. Aku pencet remote, bisa. Aku buka pelan-pelan, alarm ga bunyi. Aku masuk, lampu security masih kedip-kedip, tapi bismillah aku nyalakan mesin dan nyala! Wow! Akhirnya aku bisa pulang dengan selamat. sesampainya di rumah pun si remote bisa berfungi dengan baik. Subhanallah, Allah memang Maha Besar.

No comments:

Post a Comment