Thursday 17 May 2012

Lessons

Beberapa hari belakangan ini, hectic sekaliiiii
Perasaan hati campur aduk, mood naik turun, roda kehidupan berputar cepat, oh dunia ini
Dimulai dari pengumuman liga medika, berbagai kontroversi sehubungan dengan PBL, bertepatan dengan UTS triple attack, benar-benar menguji iman, jiwa, raga. Beneran. Orang-orang di sekitarku aja ikut kena aura negatifnya. Konstipasi dan diare yang bergantian, badan panas, membuktikan bahwa stress = immunocompromized.
Klimaksnya, survei modul kedokteran tropis. Masya Allah.
Survei ini, 'keren' sekali sodara-sodara.
Sabtu pagi saya berjalan menuju suatu rumah, di suatu tempat yang asing, dan diharapkan mengambil sputum dari sang empunya rumah. Jangankan sputum, orangnya aja nggak ada.
Selain minta sputum, aku juga wajib dateng ke rumah orang itu sebanyak tiga kali dalam seminggu. Jangankan tiga kali, sekali dateng aja cuma disambut pager terkunci rapat.
Senin Selasa mau ke Jakarta padahal.
Nggak dapet pasien berarti nasib nggak jelas.
Berakhir dengan merenungi nasib di pojokan puskesmas, "Ya Allah aku tahu Engkau Tahu yang terbaik, tapi tolong jelaskan Ya Allah, aku terlalu bodoh buat mengerti kenapa Engkau memberiku ujian-ujian semacam ini." *melankol*
Kalo udah kayak gitu, semua teori mengenai nasib, keberuntungan, takdir, kembali berputar-putar di otakku. Semua tanda tanya cuma didahului kata mengapa atau kenapa.
Lalu semua itu langsung dijawab sama Allah. Langsung. Petugas puskesmas langsung ngasih aku pengganti pasien (yang nggak ada di rumah tadi itu) dengan pasien yang rumahnya di Kedung Tarukan. Iya Kedung Tarukan. Hanya beberapa langkah dari kampus. Dan pasiennya bakalan pergi keluar kota Sabtu malem sampe hari Selasa. Klop banget sama jadwalku malahan. Rumahnya deket rumah temen sekelompokku lagi. Orangnya baik banget pula.
Berburuk sangka kepada Allah itu tak ada gunanya. Hasilnya kecele berat. 

Berlanjut dengan liga medika.
Saya ke Jakarta teman-teman. Salah, Gueh ke Jakarta.
Oke, silakan muntah.
Bukti otentik gue pernah ke FK UI
 Disana itu, rasanya kayak melarikan diri dari kenyataan hidup. Meninggalkan laporan survei, penelitian, pelajaran, menyenangkan. Walau sebenernya, ada suatu pelajaran kehidupan yang  gue dapatkan: mau kemanapun kamu pergi, entah ke ujung dunia, meninggalkan semua kenyataan hidupmu, tetep aja masalah akan mengikutimu. Di Jakarta kehidupan gue nggak mulus-mulus aja ternyata. Banyak cobaan hidup juga. Dan tetep, cuma Allah yang somehow bisa membuat semua kegelisahan itu nggak membabi buta. Gue bisa tenang, aman, damai, dan ikhlas. Ketawa ngakak gara-gara tragedi termosnya Ricardo+Yogi. Foto-foto di bangunan tua stovia, mengelilingi sudut-sudutnya bareng Mbak Nia (Makasih Mbak Niaaa). Menikmati malam di ibukota, dengan menggila bersama partner gue, Pipi, ketua kelas abadi Acce5s, Evede, yang ngeksis banget jadi MC andalan FKUI, LO kami, Harris, Geng USU (Universitas Sumatra Utara): Anita, Dhila, Rini, dengan LOnya Kak Sheli, dan kami sukses foto-foto dengan ndesonya di Grand Indonesia. Dilanjutkan dengan menginap di hotel, sekamar bareng Winda dari UWK, Vindy, dan Emily dari Atma Jaya. Mereka semua benar-benar menghibur. :) Think positive makes you positive. 

dari kanan ke kiri: alvi, pipi, anita, dhila, rini, kak sheli

Balik ke dunia nyata. Stop sok Jakarte.

Aku dateng ke Surabaya udah disambut tuntutan buat ketemu dombing 1, rapat redaksi Post Campus, dan ketinggalan 4 atau lebih bab PK, 3 bab mikro, 2 bab parasit. Oh My God.
Tapi, still nggak ada yang bisa nggantiin betapa berharganya sebuah pengalaman. Inget petuah sang tetua, untuk mendapatkan sesuatu, kita nggak boleh menyesal atas suatu hal lain yang harus dikorbankan.
Itu. Kadang beberapa pesan kebaikan yang ingin disampaikan Allah kepada kita, disampaikan lewat ucapan orang lain. Dan pesan-pesan itu, mungkin juga bentuk dari penjelasan Allah buat aku. Butuh lebih banyak mikir aja buat memecahkan rahasia Illahi ini. Mungkin begitu ya.

Pelajaran lainnya adalah, nggak ada satu makhluk pun di dunia ini yang bisa membantu dirimu, selain dirimu sendiri. Even orang tuamu, pacarmu, sahabatmu, temenmu, tetanggamu, apalagi orang yang nggak ada hubungannya sama kamu. Sama banget kayak Firman Allah, Allah nggak akan Merubah nasib suatu kaum, sebelum dia merubah nasibnya sendiri. Disaat kita mau membantu diri kita sendiri, tidak bergantung pada siapapun, disanalah Allah akan selalu ada, membantu baik disaat yang kita duga maupun tidak. Kesabaran, adalah soal pendewasaan. Nggak semua orang di dunia bisa mengikuti maumu. Nggak semua orang di dunia senormal dirimu. Apapun definisi normal yang kamu gunakan. Semua itu nggak bisa cuma dipelajari lewat kata-kata, motivasi, maupun jalan emas (hehe), tapi kamu harus mengalaminya sendiri. Ya, mungkin begitu.

Aku harus mengalaminya sebelum mengerti.  
Okay, wish me luck, then. 

No comments:

Post a Comment