Thursday 27 October 2011

Better Late Than Never - ANTIBIOTICS 7

Tanggal 8 dan 9 Oktober 2011, entah mengapa saya akhirnya memutuskan untuk membolang bersama teman-teman sepermainan untuk pergi ke kota Malang mengikuti...........................


soundeffect: terengterengtereeeng...

dan jujur saja, kepergian saya kesana memberi kesan yang mendalam di diri saya. Uwos uwos.


Jadi ceritanya aku pergi ke Malang, bersama teman saya yang bernama sepuh Dia Inda Amalia dan Intan Pratiwi, juga ada Myrna Evanda yang kebetulan asli Malang dan jadi delegasi. Aku, mbak Inda sama Intan nginep di rumah Ili Rizliawati yang buaik pol. Bayangin, dia ngizinin kita nginep dan ngerepotin dia sekeluarga selama 2 malam, sedangkan sebenarnya dia nggak ikut ANTIBIOTICS, cuma lagi dapet tugas panwil medspin aja. Apalagi mamanya buaiiik banget, masakin kita rawon, telur asin, bothok, sayur sop, sek sek... nanti aja ya makan-makannya.

Antibiotics itu sendiri sebenernya kayak kumpul-kumpulnya FULDFK seIndonesia, ada materi-materi leadership buat delegasinya, sedangkan yang cuma mau ikut seminarnya doang bisa daftar jadi peserta. Temanya tentang kesehatan islam gitu, ada dari segi fiqih, sirah, pokoknya keren-keren lah kalo liat di poster. Berhubung suasana hati sedang tidak menentu, membutuhkan siraman rohani dan refreshing pikiran, akhirnya, aku dan dua konco seperjuangan yang sama sekali nggak tahu seluk beluk kehidupan kota Malang, nekat pergi ke FK Brawijaya buat ikut seminar ini.

Acara antibiotics hari pertama, di Graha Medika FK UB. Materi pertama, Islam for Better Health dari dr. Pukovisa Prawirohardjo, Sp.S. Beliau juga staf pengajar di departemen saraf FK UI. Materi ini keren banget. Mak Jleb Jleb. Banyak yang bisa dipetik. Cara beliau yang tegas dan blak-blakan, secara orang Jakarte, jadi malah bikin ngena. Mulai dari ngingetin ke kita, bahwa tubuh manusia hanyalah titipan. Buktinya adalah, banyak regulasi involunter dalam tubuh, yang kita nggak bisa kendalikan satu persatu dengan pikiran kita. Ibaratnya, tubuh kita itu seperti mobil yang dipinjamkan ke supir, kalo mau macem-macem jangan pake mobil majikan, karena bukan punya supir. Kalo mau melakukan sesuatu hal yang buruk, jangan pake tubuh kita, karena bukan milik kita.

Allah, menyembuhkan penyakit apapun yang diderita pasien. Dokter, kedudukannya seperti obat, suntik, infus, hanya sebagai perantara saja, bukan faktor penentu kesembuhan. Analoginya, seorang rakyat jelata, ingin masuk istana, tapi semua harus dengan persetujuan raja. Nah, ada orang dekat raja, misalnya patih atau punggawa kerajaan, sebagai perantara yang membolehkan rakyat masuk ke istana. Patih atau punggawa itu harus dekat dengan raja, sehingga diakui kredibilitasnya oleh sang raja, sehingga dipercaya untuk menjaga gerbang masuk istana. Maksudnya, dokter sebagai perantara kesembuhan, harus memiliki kredibilitas di mata Allah agar Allah mempercayai dokter tersebut menjadi perantara bagi kesembuhan orang lain. Kredibilitas itu, dibangun dengan adab atau perilaku yang baik. Istilahnya, gimana mau jadi dokter yang bener kalo sama Yang Punya Ilmu nggak deket. Gimana bisa dipercaya pasien, kalo Allah nggak percaya sama dokter itu sendiri. Ngeri kan?

Karakter dokter takut akan dunia, tidak peduli akhirat (sebenernya nggak cuma buat dokter aja sih):
1. Tak percaya rezeki. Rezeki sudah ada bagian masing-masing, tugas kita adalah menjemputnya dengan cara yang HALAL.
2. Syirik kecil. Contohnya lebih takut pada dosen atau senior daripada sama Allah.
3. Zhalim kepada pasien
4. Lebih keji dari koruptor
5. Sombong dan riya'
rawan banget. Jadi berkaca dan malu pada diri sendiri.

Di akhir slide nya, beliau ngasih doa buat kita. Kata-katanya bagus deh.

Ya Allah Yang Maha Perkasa, kulturkanlah easa takut dalam diri kami kepada Mu, yang dengannya senantiasa menghalangi kami untuk bermaksiat kepadaMu. Eksklusikanlah nikmat dunia menjadi puncak cita-cita kami tertinggi. Katalisiskanlah kami dalam memahami sesuatu, sehingga dengannya kami bisa belajar dan mengajarkan ilmu. Ya Allah yang Maha penyabar. injeksikanlah kami sifat sabar, yang dengannya kami terus mau belajar. Bentuklah imunitas dalam diri kami dari gelisah, lemah, mudah berkeluh kesah, malas, sifat pengecut, bakhil, dari hutang dan kezhaliman manusia. Amin.

Setelah materi ini, ada materi tentang sirah Nabi. Dan saat itu saya cukup mengantuk. Apalagi pas materi ketiga, tentang bagaimana kondisi primary health care di Indonesia. Hmm, reseptor saya yang dosen-unair-spesifik langsung on, karena pembicaranya orang Unair. Sebenarnya materinya bagus, menyesal deh saya ngantuk. Yang inspiratif, ada juga tamu dari Malaysia. Dia yang punya rumah sakit islam di Malay, dan rumah sakit islam disana benar-benar rumah sakit islam, maksudnya mereka sangat mendukung ibadah dari pasien maupun tenaga medis. Rumah sakit itu nyediain rukuh, sarung, sajadah, alQuran, sampe debu tayamum yang ditaruh di botol buat fasilitasin pasien yang pengen sholat. Bahkan di pintu kamar rawat pasiennya ada check list sholat si pasien. Ini tugasnya perawat untuk ngingetin pasiennya buat sholat, dan setelah sholat, sang perawat bakal nandain check list an ini, menandakan bahwa pasien udah sholat. Untuk dokter yang lagi operasi, juga dibuatin jadwal sholat sehingga nggak ketinggalan sholatnya. Keren nggak sih?

Hari pertama ditutup dengan talk show bersama Justice Voice. Suaranya bagus-bagus dan lagunya juga bagus-bagus. Terhibur sekali.

Hari keduanya, pindah di widya loka. Materi nya tentang aktivasi otak, dan workshop hipnosis. Tapi yang paling dapet, menurutku, motivation training dari dr. Arif Alamsyah. Kereeeen. Bikin terharu dengan cara yang tidak memaksa. Membuat diri kita berkaca dan memperbaiki diri. Beliau cerita tentang seorang bapak tua, yang terkena penyakit, susah bernafas, jalan nafasnya harus dibuatkan dengan cara melubangi lehernya. Membuatnya bingung kalo lagi hujan. Dan itu juga membuatnya nggak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas. Tapi ia berhasil bangkit dan mau membantu orang-orang yang punya penyakit yang sama dengan dirinya. Bahkan menjadi duta penyakitnya sampe dikasih penghargaan segala. Sedangkan dia bukan dari tenaga medis, tapi tergerak hatinya untuk menolong.

Lagi-lagi introspeksi.

Inspiratif banget, antibiotics tahun ini. :) Tahun depan dimana ya? Semoga bisa ikut lagi. Amin...

No comments:

Post a Comment