Lalu ada ibu-ibu, duduk di depan mushola bareng sama saya, bawa piring dan makanan. Si ibu makan di situ.
Mencium bau makanan, segera muncul penghuni lain dari mushola, yaitu si mak kucing (dia punya tiga anak, masih kuecil-kecil, dan tinggal di dalam kardus). Mak kucing meong-meong, pasti laper. Tapi dia sok cool gitu, dia cuma muter-muter di sekitar Ibu yang lagi makan, lalu dengan santainya duduk di sebelahnya.
mak kucing, di sebelahnya ada ibu-ibu yang lagi makan, tapi sengaja gak difoto karena menjaga asas confidentiality |
Lihai banget, si Ibu langsung terganggu, dan mengusirnya. Tapi, alih-alih mengeong, merengek dan merajuk, dia malah pindah duduk lebih deket ke Ibu itu. Aku tahu perasaan sang Ibu, mau makan aja mesti digangguin kucing, tapi pasti dia kasian juga sama si mak kucing. Mana tiba-tiba, kayak orkestra, menyembul kepala tiga anak kucing dari balik kardus, dia meong-meong bebarengan kayak suara satu, dua, dan tiga. Semakin membuat nuansa makan siang si Ibu menjadi larut dalam rasa iba.
tiga anak kucing, fotografer gak berani mendekat karena menjaga asas nonmaleficience bagi diri sendiri |
Semoga manusia cepat sadar dan kembali ke jalan yang benar. Jadi para hewan bisa ikut hidup di bumi dengan tenang.
No comments:
Post a Comment