Enam jam, sudah enam jam aku duduk termangu di
atas bangku taman ini. Taman yang dekat dengan hatiku. Udara yang selalu lebih
segar dari udara di tempat lain. Spektrum cahaya yang tampak lebih indah,
seakan di atur dengan kontras yang sedikit pudar, memberikan efek berkilau pada
setiap objek di dalamnya. Bunga-bunga berwarna pastel, daun-daun hijau
kekuningan, dihiasi kupu-kupu biru muda terang yang bertebaran. Jalan setapak
dari bebatuan berwarna krem berkelok-kelok membelah rumput hijau pendek-pendek.
Tiang-tiang lampu taman bergaya klasik berwarna putih gading, dirambati tanaman
anggur, melingkari setiap sudutnya. Dan satu bangku taman ini, tepat di
sampingnya.
Matahari mulai menyemburkan warna oranye di atas
birunya langit. Aku masih disini. Menekuk kakiku ke atas bangku dan memeluknya.
Bersandar pada pegangan tangan bangku besi bercat putih itu. Angin berhembus,
menerpa lembut wajahku. Sesekali kuselipkan ujung-ujung jari tanganku di bawah
lengan bajuku yang terlalu panjang. Kuletakkan daguku di atas lutut. Menatap ke
depan, melihat tamanku.
Aku hanya ingin tetap begini. Alunan lagu dengan
petikan gitar yang lembut. Aku hanya ingin tetap begini, merasakan harumnya
roti panggang yang mengembang. Aku hanya ingin tetap begini, merasakan pelukan
hangat. Aku ingin mengabadikan ini, aku ingin memahat tiap sentimeter hatiku
dengan perasaan ini. Aku ingin membungkusnya dengan selimut tebal. Aku ingin
membingkainya dengan frame yang paling kuat. Aku ingin menyimpannya dalam-dalam.
Aku tak ingin membaginya dengan orang yang tidak pantas. Enam jam pun belum
cukup untuk merekam segalanya. Aku hanya ingin tetap disini.
No comments:
Post a Comment